safinatun najah bab sholat

DownloadKitab Safinatun Najah Pdf Dan Terjemah - teks tulisan buku ebook safinatun an-najah Syaikh Salim Al-Hadhrami makna arab jawa dan terjemahan Indonesia akan anda dapatkan gratis atau free serta mudah proses downloadnya pada kesempatan kali ini. Mengutipbuku Safinatun Najah: Panduan Sederhana Untuk Beribadah oleh Salim bin Abdullah bin Sumair al Hadlrami, pada bagian pertama kitab Safinatun Najah, dijelaskan mengenai dasar aqidah Islam yang meliputi rukun iman, rukun Islam, dan syahadat. Terdapat pula tambahan informasi mengenai ciri-ciri orang yang telah dewasa. BacaJuga: 6 Perkara yang Makruh Dalam Salat Dalam Kitab Safinatun Najah, kitab ringkas berisi dasar-dasar ilmu fikih Mazhab Syafi'i karangan Syekh Salim bin Sumair Al-Hadhrami (ulama asal Yaman) dijelaskan ada 16 syarat Takbiratul Ihram. Diantarapenerbit yang mencetaknya adalah percetakan Mushthofa Al-Baby Al-Halaby. Dar Al-Minhaj mencetaknya dalam 78 halaman dengan mencantumkan bab salat dan bab haji. Artinya cetakan Dar Al-Minhaj ini melampirkan "ziyadat" (tambahan) yang ditulis oleh Nawawi Al-Jawi dan Muhammad Ba'athiyyah. Salim Al-Hadhromi wafat di Betawi tahun 1271 H. KitabSafinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya). bab shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh para ulama lainnya. Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang Ou Faire Des Rencontres A Bordeaux. Kali ini kita masuk bahasan shalat tentang uzur shalat dari kitab Safinatun Naja. [KITAB SHALAT] أَعْذَارُ الصَّلاةِ اثْنَانِ 1- النَّوْمُ. وَ2- النِّسْيَانُ. Fasal Uzur shalat ada dua, yaitu tidur dan lupa. Catatan Maksudnya adalah ini adalah uzur yang menandakan tidak berdosa jika ada yang mengakhirkan shalat dari waktu dan sebabnya. Uzur pertama adalah tidur. Keadaan tidur yang pertama Ada seseorang yang tidur sebelum waktu shalat atau tidur pada waktu shalat tetapi punya sangkaan zhan jika bangun nantinya waktu shalat masih ada, ternyata bangunnya saat waktu shalat sudah sempit, ia tidak berdosa karena penundaan ini, ia tidak harus segera fawriyyah mengqadha shalatnya. Keadaan tidur yang kedua Tidurnya pada waktu shalat dan punya sangkaan zhan bahwa kalau tidur akan mengerjakan shalat bukan pada waktunya, ia berdosa karena 1 tidurnya dan 2 penundaannya dari waktu sehingga mengerjakan shalat bukan pada waktunya. Untuk keadaan ini wajib segera fawriyyah mengqadha shalatnya. Membangunkan orang yang tidur, ada dua keadaan 1 ia tidur dari sebelum waktu shalat, hukum membangunkannya adalah disunnahkan agar ia bisa mengerjakan shalat pada waktunya; 2 ia tidur ketika sudah masuk waktu wajib shalat, hukum membangunkannya menjadi wajib. Lupa juga termasuk uzur dengan syarat, selama tidak tersibukkan dengan hal yang dilarang haram atau makruh. Ada yang masuk waktu shalat dan sudah bertekad untuk mengerjakannya, tetapi akhirnya tersibukkan dengan menelaah kitab atau urusan pekerjaan sampai keluar waktu shalat dalam keadaan lalai, ia tidaklah berdosa karena lupanya, ia tidak wajib qadha’ secara fawr segera. Adapun jika lupa karena melakukan suatu yang dilarang seperti lantaran perkara haram misalnya berjudi atau perkara makruh misalnya bermain catur, maka itu bukanlah termasuk uzur. Jika lupa shalat, ia berdosa dan wajib mengqadha’ shalat dengan fawr segera. Qadha’ shalat karena tertidur atau lupa Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلاَةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِى “Jika salah seorang di antara kalian tertidur atau lalai dari shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Karena Allah berfirman yang artinya, Kerjakanlah shalat ketika ingat.’ QS. Thaha 14.” HR. Bukhari, no. 597 dan Muslim, no. 684. Dalam riwayat lain disebutkan, مَنْ نَسِىَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا ، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ “Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada kewajiban baginya selain itu.” HR. Bukhari, no. 597. Dalam riwayat lain juga disebutkan, مَنْ نَسِىَ صَلاَةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا “Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya adalah ia shalat ketika ia ingat.” HR. Muslim, no. 684. Qadha’ shalat dalam keadaan lupa tidak terkena dosa Qadha’ shalat di luar waktunya karena ada uzur tertidur atau lupa, tidaklah dikenakan dosa. Dalam hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma disebutkan, إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ “Sesungguhnya Allah menggugurkan dosa dari umatku ketika mereka keliru, lupa, atau dipaksa.” HR. Ibnu Majah, no. 2045. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih. Juga dalam hadits dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِل “Pena itu diangkat dari tiga orang 1 orang yang tidur sampai ia terbangun, 2 anak kecil sampai ia mimpi basah baligh, 3 orang gila sampai ia berakal sadar.” HR. Abu Daud, no. 4403. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Baca Juga Safinatun Naja Seputar Hukum Tayamum — Catatan 14-10-2021 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia, Bagian 1, Bab Rukun Islam, Bab Rukun Iman, dan Bab بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلٰى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدَّيْنِ، وَصَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيَّيْنَ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Hanya kepada Allah, kami memohon pertolongan atas perkara-perkara dunia dan agama. Semoga Allah melimpahkan rahmat ta'dhim dan kesejahteraan kepada Baginda kami, Nabi Muhammad, penutup para nabi, terlimpahkan juga kepada keluarga dan sahabat Beliau, semuanya. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Islam فَصْلٌ - أَرْكَانُ الْإِسْلامِ خَمْسَةٌ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَحِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا [Fasal] Rukun-rukun islam ada 5, yaitu 1. Bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah2. Mendirikan sholat3. Mengeluarkan zakat4. Berpuasa di Bulan Ramadhan5. Menunaikan ibada haji bagi orang yang mampu menempuh Iman فَصْلٌ - أَرْكَانُ الْإِيْمَانِ سِتَّةٌ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللّٰهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَبِالْيَوْمِ الْأٰخِرِ وَبِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالٰى [Fasal] Rukun-rukun iman ada 6, yaitu 1. Beriman kepada Allah2. Beriman kepada para malaikat-Nya3. Beriman kepada kitab-kitab-Nya4. Beriman kepada para rasul-Nya5. Beriman kepada hari akhir hari kiamat6. Dan beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk semua dari Allah Yang Maha Kalimat Tauhid فَصْلٌ - وَمَعْنَى لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ فِى الْوُجُوْدِ إِلَّا اللّٰهُ [Fasal] makna La Ilaha Illallah adalah tiada yang berhak disembah di dalam perkara wujud kecuali Baligh فَصْلٌ - عَلاَمَاتُ الْبُلُوْغِ ثَلاَثٌ تَمَامُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فِى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالْإِحْتِلَامُ فِى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ وَالْحَيْضُ فِى الْأُنْثَى لِتِسْعِ سِنِيْنَ [Fasal] Tanda-tanda baligh ada 3, yaitu 1. Sempurnanya umur 15 tahun bagi laki-laki dan wanita2. Ihtilam mimpi keluar mani bagi laki-laki dan wanita yang berumur 9 tahun3. Haid bagi wanita yang berumur 9 Istinja' Dengan Batu فَصْلٌ - شُرُوْطُ إِجْزَاءِ الْحَجَرِ ثَمَانِيَةٌ أَنْ يَكُوْنَ بِثَلَاثةِ أَحْجَارٍ وَأَنْ يُنْقِيَ الْمَحَلَّ وَأَنْ لَا يَجِفَّ النَّجَسُ وَلَا يَنْتَقِلَ وَلَا يَطْرَأَ عَلَيْهِ أٰخَرُ وَلَا يُجَاوِزَ صَفْحَتَهُ وَحَشَفَتَهُ وَلَا يُصِيْبَهُ مَاءٌ وَأَنْ تَكُوْنَ الْأَحْجَارُ طَاهِرَةً [Fasal] Syarat-syarat istinja' cebok dengan batu ada 8, yaitu 1. Dilakukan dengan menggunakan 3 batu2. Dapat membersihkan tempat yang terkena najis3. Najisnya yang akan dihilangkan belum kering4. Najisnya tidak berpindah dari tempatnya5. Tidak muncul najis lainnya pada najis itu6. Najis yang keluar tidak sampai melewati shafhah daerah pada 2 mulut anus yang tertutup ketika berdiri dan hasyafah helm pada kemaluan laki-laki yang tertutup saat belum dikhitan7. Air tidak mengenai najis karena air yang terkena benda najis maka airnya akan menjadi najis juga8. Dan batu-batu yang digunakan harus Wudlu فَصْلٌ - فُرُوْضُ الْوُضُوْءِ سِتَّةٌ الْأَوَّلُ النِّيَّةُ، الثَّانِى غَسْلُ الْوَجْهِ، الثَّالِثُ غَسْلُ الْيَدَيْنِ مَعَ الْمِرْفَقَيْنِ، الرَّابعُ مَسْحُ شَيْءٍ مِنَ الرَّأْسِ، الْخَامِسُ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ مَعَ الْكَعْبَيْنِ، السَّادِسُ التَّرْتِيْبُ[Fasal] Fardlunya rukun wudlu ada 6, yaitu 1. Niat2. Membasuh wajah3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku4. Mengusap sebagian rambut kepala5. Membasuk kedua kaki sampai mata kaki6. Tertib berurutan.Definisi Niat فَصْلٌ - النِّيَّةُ قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرَنًا بِفِعْلِهِ وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ وَالتَّلَفُّظُ بِهَا سُنَّةٌ وَوَقْتُهَا عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ، وَالتَّرْتِيْبُ أَنْ لَا يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلٰى عُضْوٍ [Fasal] Niat wudlu adalah menyengaja sesuatu yang dibarengkan dengan melakukannya, tempatnya niat ada di dalam hati, mengucapkan lafadz niat adalah sunnah, dan waktu niat adalah ketika membasuh awal bagian dari adalah jika satu bagian rukun tidak mendahului bagian rukun Air فَصْلٌ - الْمَاءُ قَلِيْلٌ وَكَثِيْرٌ، الْقَلِيْلُ مَا دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ، وَالْكَثِيْرُ قُلَّتَانِ فَأَكْثَرُ، الْقَلِيْلُ يَتَنَجَّسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ وَإِنْ لَمْ يَتَغَيَّرْ، وَالْمَاءُ الْكَثِيْرُ لَا يَتَنَجَّسُ إِلَّا إِذَا تَغَيَّرَ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ أَوْ رِيْحُهُ [Fasal] Air ada 2 yaitu air yang sedikit dan air yang yang sedikit adalah air yang kurang dari 2 qullah. Dan air yang banyak adalah air 2 qullah atau yang sedikit bisa menjadi najis karena jatuhnya najis ke dalamnya, meskipun ia tidak berubah. Dan air yang banyak tidak menjadi najis kecuali tatkala rasa, warna, dan baunya telah Yang Mewajibkan Mandi Besar فَصْلٌ - مُوْجِبَاتُ الْغُسْلِ سِتَّةٌ إِيْلَاجُ الْحَشَفَةِ فِى الْفَرْجِ وَخُرُوُجُ الْمَنِيِّ وَالْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْوِلَادَةُ وَالْمَوْتُ [Fasal] Perkara-perkara yang mewajibkan mandi besar ada 6, yaitu 1. Memasukkan hasyafah helm pada kemaluan pria yang dikhitan ke dalam farji wanita2. Keluarnya air mani sperma3. Haid4. Nifas keluarnya darah pada farji wanita setelah melahirkan5. Melahirkan6. Mandi Besar فَصْلٌ - فُرُوْضُ الْغُسْلِ اِثْنَانِ النِّيَّةُ وَتَعْمِيْمُ الْبَدَنِ بِالْمَاءِ [Fasal] Fardlu rukun mandi besar ada 2, yaitu 1. Niat2. Meratakan badan dengan Wudlu فَصْلٌ - شُرُوْطُ الْوُضُوْءِ عَشَرَةٌ الْإِسْلَامُ وَالتَّمْيِيْزُ وَالنَّقَاءُ عَنِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَعَمَّا يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ إِلَى الْبَشَرَةِ وَأَنْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْعُضْوِ مَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ وَالْعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِهِ وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فَرُوْضِهِ سُنَّةً وَالْمَاءُ الطَّهُوْرُ وَدُخُوْلُ الْوَقْتِ وَالْمُوَالَاةُ لِدَائِمِ الْحَدَثِ [Fasal] Syarat-syarat wudlu ada 10, yaitu 1. Islam2. Tamyiz bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, yang manfaat dan mana yang bahaya, sekitar umur 7 tahun lebih3. Bersih suci dari haid4. Suci dari nifas5. Dan bersih dari apapun yang dapat mencegah meresapnya air ke kulit6. Tidak ada sesuatu yang dapat merubah air pada anggota tubuh anggota yang wajib kena air wudlu7. Mengetahui kefardluan wudlu8. Tidak meyakini satu fardlu rukun dari fardlu-fardlunya wudlu adalah sunnah9. Masuknya waktu misalnya, wanita haid tidak sah wudlunya karena waktu haid belum berakhir. Artinya wanita itu belum memasuki waktu diperbolehkan bersuci10. Beruntutan karena lamanya seringnya hadats Perkara Yang Membatalkan Wudlu فَصْلٌ - نَوَاقِضُ الْوُضُوْءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ الْأَوَّلُ الْخَارجُ مِنْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ مِنْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ رِيْحٌ أَوْ غَيْرُهُ إِلَّا الْمَنِيَّ، الثَّانِى زَوَالُ الْعَقْلِ بِنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ إِلَّا قَاعِدٍ مُمَكِّنٍ مَقْعَدَهُ مِنَ الْأَرْضِ، الثَّالِثُ إِلْتِقَاءِ بَشَرَتَيْ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ كَبِيْرَيْنِ أَجْنَبِيَّيْنِ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ، الرَّابعَ مَسُّ قُبُلِ الْآدَمِيِّ أَوْ حَلْقَةِ دُبُرِهِ بِبَطْنِ الرَّاحَةِ أَوْ بُطُوْنِ الْأَصَابعِ [Fasal] Hal-hal yang membatalkan wudlu ada 4 perkara, yaitu 1. Sesuatu yang keluar dari 2 jalan, baik jalan qubul kemaluan maupun dubur anus, baik berupa angin maupun lainnya, kecuali air Hilangnya akal karena tidur atau selainnya, kecuali tidurnya orang yang duduk yang masih menempati tempat duduknya di bumi tanah/lantai.3. Bertemunya 2 kulit laki-laki dan wanita, yang sudah dewasa, yang ajnabiy bukan mahram, tanpa adanya Menyentuh qubul kemaluan anak Adam atau mulut dubur dengan telapak tangan bagian dalam atau jar-jari bagian Haram Yang Dilakukan Ketika Tidak Dalam Keadaan Berwudlu فَصْلٌ - مَنِ انْتَقَضَ وُضُوْءُهُ حَرُمَ عَلَيْهِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ الصَّلَاةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ الصَّلَاةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَاللُّبْثُ فِى الْمَسْجِدِ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، وَيَحْرُمُ بِالْحَيْضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ الصَّلاَةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَاللُّبْثُ فِى الْمَسْجِدِ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَالصَّوْمُ وَالطَّلَاقُ وَالْمُرُوْرُ فِى الْمَسْجِدِ إِنْ خَافَتْ تَلْوِيْثَهُ وَالْإِسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ [Fasal] Orang yang wudlunya batal, maka diharamkan baginya 4 perkara, yaitu 1. Sholat2. Thawaf3. Menyentuh mushaf4. Membawa 6 perkara bagi orang yang junub, yaitu 1. Sholat2. Thawaf3. Menyentuh mushaf4. Membawa mushaf5. Berdiam diri di dalam masjid6. Membaca Al-Qur' diharamkan 10 perkara karena haid, yaitu 1. Sholat2. Thawaf3. Menyentuh mushaf4. Membawa mushaf5. Berdiam diri di dalam masjid6. Membaca Al-Qur'an7. Berpuasa8. Thalaq meminta cerai9. Berjalan di dalam masjid, jika wanita yang haid khawatir mengotori masjid10. Istimna' bersenang-senang yang mengarah pada jimak dengan anggota badan di antara pusar dan Tayammum فَصْلٌ - أَسْبَابُ التَّيَمُّمِ ثَلَاثَةٌ فَقْدُ الْمَاءِ وَالْمَرَضُ وَالْإِحْتِيَاجُ إِلَيْهِ لِعَطَشِ حَيَوَانٍ مُحْتَرَمٍ، غَيْرُ الْمُحْتَرَم سِتَّةٌ تَارِكُ الصَّلَاةِ وَالزَّانِى الْمُحْصَنُ وَالْمُرْتَدُّ وَالْكَافِرُ الْحَرْبِيُّ وَالْكَلْبُ الْعَقُوْرُ وَالْخِنْزِيْرُ [Fasal] Sebab-sebab tayammum ada 3, yaitu 1. Tidak adanya air2. Sakit3. Kebutuhan air karena hausnya binatang yang tidak dimuliakan ada 6, yaitu 1. Orang yang meninggalkan sholat2. Orang yang berzina muhshan3. Orang yang murtad4. Orang kafir harbi5. Anjing liar6. Tayammum فَصْلٌ - شُرُوْطُ التَّيَمُّمِ عَشَرَةٌ أَنْ يَكُوْنَ بِتُرَابٍ وَأَنْ يَكُوْنَ التُّرَابُ طَاهِرًا وَأَنْ لَا يَكُوْنَ مُسْتَعْمَلًا وَأَنْ لَا يُخَالِطَهُ دَقِيْقٌ وَنَحْوُهُ وَأَنْ يَقْصِدَهُ وَأَنْ يَمْسَحَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ بِضَرْبَتَيْنِ وَأَنْ يُزِيْلَ النَّجَاسَةَ أَوَّلًا وَأَنْ يَجْتَهِدَ فِى الْقِبْلَةِ قَبْلَهُ وَأَنْ يَكُوْنَ التَّيَمُّمُ بَعْدَ دُخُوْلِ الْوَقْتِ وَأَنْ يَتَيَمَّمَ لِكُلِّ فَرْضٍ [Fasal] Syarat-syarat tayammum ada 10, yaitu 1. Tayammum dilakukan dengan menggunakan debu2. Debunya harus suci3. Debunya bukan musta'mal sudah digunakan4. Debunya tidak tercampuri oleh tepung dan semacamnya5. Menyengaja mengusapkan debu 1 Catatan 1 Dalam keterangan Kitab Kasyifatus Saja, maksudnya adalah menyengaja mengusapkan debu pada anggota tayammum, meskipun dengan bantuan orang lain atas izinnya atau dengan menyungkurkan wajah dan kedua tangan secara langsung ke debu. Apabila tanpa disengaja, maka tidak diperbolehkan, misalnya angin menghembuskan debu ke arah wajah dan kedua tangan, meskipun dengan niat Mengusap wajah dan kedua tangannya dengan 2 kali usapan7. Mengilangkan najis terlebih dahulu8. Berijtihad menghadap kiblat sebelum bertayammum9. Bertayammum sesudah masuknya waktu sholat10. Bertayammum untuk setiap sholat fardlu 2Catatan 2 Tayammum hanya dilakukan untuk 1 kali sholat fardlu. Jika ingin melakukan sholat fardlu lainnya, maka harus bertayammum lagi. Tetapi, tayammum boleh dilakukan untuk beberapa kali sholat sunnah dan membaca Al-Qur' Tayammum فَصْلٌ - فُرُوْضُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةٌ الْأَوَّلُ نَقْلُ التُّرَابِ، الثَّانِى النِّيَّةُ، الثَّالِثُ مَسْحُ الْوَجْهِ، الرَّابعُ مَسْحُ الْيَدَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، الْخَامِسُ التَّرْتِيْبُ بَيْنَ الْمَسْحَتَيْنِ [Fasal] Fardlu rukun tayammum ada 5, yaitu 1. Memindahkan debu2. Niat3. Mengusap wajah4. Mengusap kedua tangan sampai kedua siku5. Tertib berurutan antara 2 usapanPerkara Yang Membatalkan Tayammum فَصْلٌ - مُبْطِلَاتُ التَّيَمُّمِ ثَلاَثَةٌ مَا أَبْطَلَ الْوَضُوْءَ وَالرِّدَّةَ وَتَوَهُّمُ الْمَاءِ إِنْ تَيَمَّمَ لِفَقْدِهِ [Fasal] Hal-hal yang membatalkan tayammum ada 3, yaitu 1. Apapun yang dapat membatalkan wudlu2. Murtad3. Memiliki prasangka akan adanya air jika ia bertayammum karena tidak adanya air 3.Catatan 3 Misalnya, seseorang tayammum karena tidak ada air, tetapi di dalam hatinya, ia memiliki prediksi atau perkiraan bahwa setelah bertayammum nanti pasti ada air, maka tayammumnya tidak Najis Yang Bisa Suci فَصْلٌ - الَّذِيْ يَطْهُرُ مِنَ النَّجَاسَاتِ ثَلاَثَةٌ الْخَمْرُ إِذَا تَخَلَّلَتْ بِنَفْسِهَا وَجِلْدُ الْمَيْتَةِ إِذَا دُبِغَ وَمَا صَارَ حَيَوَانًا [Fasal] Najis-najis yang bsia suci ada 5, yaitu 1. Khamr tatkala ia menjadi cuka dengan sendirinya2. Kulit bangkai tatkala ia disamak 4Catatan 4 Disamak adalah kulit binatang atau bangkainya meskipun termasuk mughaladlah dengan menghilangkan fudlul, baik kotoran, daging, lemak, darah dan sebagainya yang masih menempel pada kulit tersebut3. Apapun yang menjadi hewan 5Catatn 5 Misalnya belatung yang ada pada bangkai meskipun bangkai anjing dan babi, kotoran, dan sebagainya. Belatung tersebut hakekatnya bukan bagian dari bangkai dan sebagainya tersebut, tetapi hanya terlahir di dalam Najis فَصْلٌ - النَّجَاسَاتُ ثَلَاثٌ مُغَلَّظَةٌ وَمُخَفَّفَةٌ وَمُتَوَسِّطَةٌ، الْمُغَلَّظَةُ نَجَاسَةُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَفَرْعِ أَحدِهِمَا، وَالْمُخَفَّفَةُ بَوْلُ الصَّبِيِّ الَّذِيْ لَمْ يَطْعَمْ غَيْرَ اللَّبَنِ وَلَمْ يَبْلُغِ الْحَوْلَيْنِ، وَالْمُتُوَسَّطَةُ سَائِرُ النَّجَاسَاتِ [Fasal] Najis ada 3, yaitu najis mughaladhah, najis mukhaffafah, dan najis mutawassithah. Najis mughaladhah adalah najisnya anjing, babi, dan cabang bagian dari keduanya. Najis Mukhaffafah adalah kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu. Dan najis Mutahawassithah adalah semua najis-najis selain kedua najis sebelumnya.Cara Menyucikan Najis فَصْلٌ - الْمُغَلَّظَةُ تَطْهُرُ بِسَبْعِ غَسَلَاتٍ بَعْد إِزَالَةِ عَيْنِهَا إِحْدَاهُنَّ بِتُرَابٍ، وَالْمُخَفَّفَةُ تَطْمُرُ بِرَشِّ الْمَاءِ عَلَيْهَا مَعَ الْغَلَبَةِ وَإِزَالَةِ عَيْنِهَا، وَالْمُتَوَسَّطَةُ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ عَيْنِيَّةٌ وَحُكْمِيَّةٌ، الْعَيْنِيَّةُ الَّتِيْ لَهَا لَوْنٌ وَرِيْحٌ وَطَعْمٌ فَلَا بُدَّ مِنْ إِزَالَةِ لَوْنِهَا وَرِيْحِهَا وَطَعْمِهَا، وَالْحُكْمِيَّةُ الَّتِيْ لَا لَوْنَ وَلَا رِيْحَ وَلَا طَعْمَ لَهَا يَكْفِيْكَ جَرْيُ الْمَاءِ عَلَيْهَا [Fasal] Najis mughaladhah bisa suci dengan 7 kali basuhan air setelah menghilangkan bentuknya, salah satunya dari ketujuh basuhan air adalah dicampur dengan debu. Najis mukhaffafah bisa suci dengan memercikkan air pada najis itu bersamaan dengan mengunggulkan airnya dan menghilangkan bentuk najisnya. Najis Mutawassithah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu 1. Najis Ainiyyah2. Najis HukmiyyahNajis Ainiyah adalah najis yang memiliki warna, bau, dan rasa, maka harus menghilangkan warna, bau, dan Hukmiyyah adalah najis yang tidak memiliki warna, bau, dan rasa, maka cukuplah untuk mengalirkan air pada najis Haidh فَصْلٌ - أَقَلُّ الْحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَغَالِبُهُ سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ وَأَكْثَرُهُ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا بِلَيَالِيْهَا، أَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا وَغَالِبُهُ أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا أَوْ ثَلَاثَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمًا وَلَا حَدَّ لِأَكْثَرِهِ، أَقَلُّ النِّفَاسِ مَجَّةٌ وَغَالِبُهُ أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا وَأَكُثَرُهُ سِتُّوْنَ يَوْمًا [Fasal] Paling sedikitnya haid adalah sehari semalam, umumnya 6 dan 7 hari, dan paling banyaknya adalah 15 hari 15 malam. Paling sedikitnya waktu suci antara 2 waktu haid adalah 15 hari, umumnya 24 hari atau 23 hari, dan tiada ada batas untuk waktu paling banyaknya. Paling sedikitnya waktu nifas adalah setetes darah, umumnya 40 hari, dan paling banyak 60 hari. Wallahu a'lam bisshowab,Baca lebih lanjut Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia. Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia, Bagian 2, Bab Sholat Jamak, Sholat Qashar, dan Sholat Jum' Jamak Taqdim فَصْلٌ - شُرُوْطُ جَمْعِ التَّقْدِيْمِ أَرْبَعَةٌ الْبَدَاءَةُ بِالْأُوْلٰى وَنِيَّةُ الْجَمْعِ فِيْهَا وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا وَدَوَامُ الْعُذْرِ [Fasal] Syarat-syarat jamak taqdim ada 4, yaitu 1. Mengawali sholat yang pertama2. Niat jamak di dalam sholat yang pertama3. Muwalah berutut-turut di antara sholat pertama dan kedua4. Tetapnya udzur 1Catatan 1 Maksudnya adalah ketika melakukan jamak taqdim maka ia masih berada pada masa udzur misalnya karena musafir di mana ia diperbolehkan melakukan jamak sampai masuk takbiratul ihram di waktu sholat JamakTa'khir فَصْلٌ - شُرُوْطُ جَمْعِ التَّأْخِيْرِ اثْنَانِ نِيَّةُ التَّأْخِيْرِ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ وَقْتِ الْأُوْلٰى مَا يَسَعُهَا وَدَوَامُ الْعُذْرِ إِلٰى تَمَامِ الثَّانِيَةِ [Fasal] Syarat-syarat jamak ta'khir ada 2, yaitu 1. Niat jamak ta'khir dan masih tersisa waktu yang bisa memuat niat itu di waktu sholat pertama2. Tetapnya udzur sampai sempurnanya waktu sholat Qashar Sholat فَصْلٌ - شُرُوْطُ الْقَصْرِ سَبْعَةٌ أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ مَرْحَلَتَيَنِ وَأَنْ يَكُوْنَ مُبَاحًا وَالْعِلْمُ بِجَوَازِ الْقَصْرِ وَنِيَّةُ الْقَصْرِ عِنْدَ الْإِحْرَامِ وَأَنْ تَكُوْنَ الصَّلَاةُ رُبَاعِيَّةً وَدَوَامُ السَّفَرِ إِلٰى تَمَامِهَا وَأَنْ لَا يَقْتَدِيَ بِمُتِمٍّ فِيْ جُزْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ [Fasal] Syarat-syarat qashar sholat ada 7, yaitu 1. Perjalanannya harus 2 marhalah 2Catatan 2 Para ulama' ahli fiqih berbeda pendapat dalam menentukan jarak 2 marhalah, ada yang berpendapat sekitar 80,64 km, 88,704 km, 96 km, dan ada pula yang berpendapat 119,9 Perjalanannya karena unsur mubah3. Mengetahui kebolehan qashar sholat4. Niat qashar ketika takbiratul ihram5. Sholat yang diqashar adalah sholat 4 rakaat6. Tetapnya perjalanan sampai sempurnanya sholat sholat qashar yang dilakukan pada saat itu7. Tidak mengikuti bermakmum pada orang sempurna sholatnya 3 di bagian dari sholatnyaCatatan 3 Orang yang mengqashar sholat tidak boleh bermakmum pada orang sempurna sholatnya orang yang tidak mengqashar sholat, meskpun hanya mendapati rakaat terakhir saja, baik imamnya itu adalah orang mukim maupun orang musafir. Apabila ia menjadi makmum orang yang tidak mengqashar, maka ia harus menyempurnakan rakaatnya menjadi 4 rakaat, bukan mengqasharnya. Sebaliknya, orang yang tidak mengqashar sholat baik mukim maupun musafir boleh bermakmum pada orang yang mengqashar Sholat Jum'at فَصْلٌ - شُرُوْطُ الْجُمُعَةِ سِتَّةٌ أَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِيْ وَقْتِ الظُّهْرِ وَأَنْ تُقَامَ فِيْ خِطَّةِ الْبَلَدِ وَأَنْ تُصَلَّى جَمَاعَةً وَأَنْ يَكُوْنُوْا أَرْبَعِيْنَ أَحْرَارًا ذُكُوْرًا بَالِغِيْنَ مُسْتَوْطِنِيْنَ وَأَنْ لَا تَسْبِقَهَا وَلَا تُقَارِنَهَا جُمُعَةٌ فِيْ ذٰلِكَ الْبلَدِ وَأَنْ يَتَقَدَّمَهَا خُطْبَتَانِ [Fasal] Syarat-syarat sholat jum'at ada 6, yaitu 1. Sholat jum'at seluruhnya dilakukan di waktu dzuhur2. Sholat jum'at dilakukan di dalam rancangan bangunan Sholat jum'at dilakukan secara berjamaah4. Para jamaah jum'ah harus berjumlah 40 orang, merdeka, laki-laki, baligh, dan menempati kota mukim5. Tidak didahului dan tidak dibaregi oleh sholat jum'at lain di kota itu6. Didahului 2 khutbahRukun-Rukun Khutbah Jum'at فَصْلٌ - أَرْكَانُ الْخُطْبَتَيْنِ خَمْسَةٌ حَمْدُ اللّٰهِ فِيْهِمَا وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْهِمَا وَالْوَصِيَّةُ بِالتَّقْوٰى فِيْهِمَا وَقِرَاءَةُ أٰيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ فِيْ إِحْدَاهُمَا وَالدُّعَاءُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فِيْ الْأَخِيْرَةِ [Fasal] Rukun-rukun 2 khutbah jum'at ada 5, yaitu 1. Memuji Allah di dalam kedua khutbah Membaca sholawat Nabi SAW di dalam kedua khutbah itu3. Wasiat taqwa kepada Allah SWT di dalam kedua khutbah itu. 4. Membaca ayat Al-Qur'an di dalam salah satu dari kedua khutbah itu5. Berdoa untuk orang-orang mukmin laki-laki dan wanita di khutbah Khutbah Jum'at فَصْلٌ - شُرُوْطُ الْخُطْبَتَيْنِ عَشَرَةٌ الطَّهَارَةُ عَنِ الْحَدَثَيْنِ الْأَصْغَرِ وَالْأَكْبَرِ وَالطَّهَارَةُ عَنِ النَّجَاسِةِ فِى الثَّوْبِ وَالْبَدَن وَالْمَكَانِ وسَتْرُ الْعَوْرَةِ وَالْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ وَالْجُلُوْسُ بَيْنَهُمَا فَوْقَ طُمَأْنِيْنَةِ الصَّلَاةِ وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الصَّلَاةِ وَأَنْ تَكُوْنَ بِالْعَرَبِيَّةِ وَأَنْ يُسْمِعَهُمَا أَرْبَعِيْنَ وَأَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِيْ وَقْتِ الْظُهْرِ [Fasal] Syarat-syarat 2 khutbah jum'at ada 10, yaitu 1. Suci dari hadats kecil dan hadats besar2. Suci dari najis di dalam pakaian, badan, dan tempat3. Menutup aurat4. Berdiri bagi orang yang Duduk di antara kedua khutbah itu kira-kira waktunya di atas tumakninah sholat6. Muwalah berturut-turut di antara 2 khutbah itu7. Muwalah berturut-turut di antara 2 khutbah itu dan di antara sholat jum'at8. Khutbah harus dengan bahasa Arab9. Khotib mampu memperdengarkan 2 khutbah pada 40 orang jamaah10. Khutbah keseluruhan dilakukan di waktu dhuhur Wallahu a'lam bisshowab,Baca lebih lanjut Terjemah Kitab Matan Safinatun Najah Bahasa Indonesia. A tradicional e secular novena ao Senhor do Bonfim começa nesta sexta-feira 8, na Basílica Santuário Senhor Bom Jesus do Bonfim, no bairro de mesmo nome, em Salvador. As celebrações serão feitas com acesso por ordem de chegada e terão transmissão online. Veja programação completa abaixo. As missas serão feitas sempre às 19h, até o dia 16. O tema da festa neste ano será "Senhor do Bonfim, abraçar a Sua cruz fortalece a fé, liberta do medo e renova a nossa esperança". Já o lema parte do versículo João 16, 33 “Tende coragem! Eu venci o mundo!” . Nas novenas, os fiéis prestarão homenagens aos trabalhadores que atuaram e seguem atuando nos serviços essenciais do período da pandemia, além de pessoas que foram curadas da Covid-19, aos familiares das vítimas da doença e às pessoas que fizeram distanciamento e o isolamento social. A também tradicional lavagem das escadarias da basílica, com a passagem da imagem peregrina do Senhor do Bonfim será no dia 14. Neste ano, ela sairá da Matriz da Paróquia Nossa Senhora da Vitória, às 8h, em carro aberto rumo à Colina Sagrada, passando em frente à Basílica Santuário Nossa Senhora da Conceição da Praia, fazendo o mesmo percurso do cortejo da lavagem. No dia 17, dia da festa ao Senhor do Bonfim, o repique dos sinos será às 5h. Por causa da pandemia, a basílica recebe os fiéis com número reduzido e não fará a queima de fogos, em respeito aos doentes dos hospitais próximos à igreja. A missa solene será às 10h30, com celebração do arcebispo de Salvador e primaz do Brasil, cardeal Dom Sergio da Rocha. A partir das 15h, a imagem do Senhor do Bonfim sairá novamente em carro aberto, para percorrer as ruas da Cidade Baixa, e será homenageada ao passar pelas igrejasde Nossa Senhora da Penha de França, Nossa Senhora da Boa Viagem, Nossa Senhora da Piedade, Nossa Senhora dos Mares e São Jorge. Basílica de Nosso Senhor do Bonfim não vai ter a tradicional lavagem este ano, por causa da pandemia — Foto German Maldonado / TV Bahia Programação 8/118h30 – Hasteamento da Bandeira do Senhor Bom Jesus do Bomfim no panteão da Praça da Colina, dando início à programação da festa 2021;19h – 1ª noite da novena, com presença do cardeal Dom Sergio da Rocha, arcebispo de Salvador e primaz do Brasil;Homenagem aos trabalhadores da área de limpeza pública;9/119h – 2ª noite da novena;Homenagem aos trabalhadores da área do comércio em geral;10/1Missas nos horários normais 5h40, 7h30; 9h, 11h, 15h e 17h;7h30 – Missa solene do Santíssimo Sacramento presidida pelo padre Edson Menezes da Silva;19h – 3ª noite da novena;Homenagem aos trabalhadores da área de transporte público e particular;11/1 16h – Adoração ao Santíssimo Sacramento Pedindo pela contenção da 2ª onda pandemia da COVID-19. Responsáveis Vicentinos;19h – 4ª noite da novena;Homenagem aos familiares dos que morreram de Covid 19 e familiares dos trabalhadores dos cemitérios;12/116h – Adoração ao Santíssimo Sacramento Pedindo pela contenção da 2ª onda pandemia da COVID-19. Responsáveis Ministros Extraordinários da Comunhão;19h – 5ª noite da novena;Homenagem aos trabalhadores da área de comunicação;13/1 16h – Adoração ao Santíssimo Sacramento Pedindo pela contenção da 2ª onda pandemia da COVID-19. Responsáveis Apostolado da Oração;19h – 6ª noite da novena;Homenagem às pessoas que viveram com seriedade a experiência do distanciamento social em suas residências;14/1Missas 7h20 e 17h;8h – saída da imagem peregrina do Senhor do Bonfim ;19h – 7ª noite da novena;Homenagem às pessoas que contraíram a COVID-19 e fizeram a experiência do isolamento social em suas casas;15/119h – 8ª noite da novena;Homenagem aos profissionais e trabalhadores da área da saúde;16/18h às 17h – Drive Thru Solidário para recolher alimentos não perecíveis, material de limpeza e higiene. Local de entrega Sede do Projeto Bom Samaritano;19h – 9ª noite da novena;Homenagem aos trabalhadores da área de segurança pública e privada;17/1 – Dia da festa ao Senhor do Bonfim 5h – Repique dos sinos; Horário das Missas 5h40, 7h30, 9h, 10h30, 15h e às 17h;10h30 – Missa Solene;15h – Saída da imagem peregrina do Senhor do Bonfim. Veja mais notícias do estado no G1 Bahia. Assista aos vídeos do Jornal da Manhã 💻 Ouça 'O Assunto' 🎙 Kali ini Saya akan menulis terjemahan Kitab Safinah bab niat. Sambil mempelajari terjemahannya, silahkan buka Kitab Safinah pasal niat di halaman 19. Dalam Kitab Safinah tentang niat ini, disamping menjelaskan hakikat niat juga dijelaskan tentang makna dari tertib.فَصْلٌ Fasal ini Menjelaskan hukum-hukum niat. Hukum niat itu ada 7, namun yang akan dibicarakan disini hanya Niat itu Maksudnya hakikat niat menurut syara قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرِناً بِفِعْلِهِ adalah menyegaja sesuatu yang dibarengi dengan mengerjakannya Maka jika melambatkan/mengakhirkan dalam melakukannya dari menyengaja, maka disebut azam, bukan niat. Adapun niat menurut bahasa adalah mutlak menyengaja, sama saja apakah berbarengan dengan mengerjakannya atau tidak. وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ وَالتَّلَفُّظُ بِهَا سُنَّةٌ Tempatnya niat itu di dalam qolbu hati dan mengucapkan niat itu hukumnya sunat untuk membantunya lisan terhadap hati. Dinamakan qolbu bolak-balik karena hati ini tempat membolak-balik segala urusan atau karena bentuknya yang terbalik maqlub seperti corong gula. Hati adalah sebentuk daging yang berbentuk pohon cemara yang letanya ada di tengah dada dan posisi ujung/kepalanya berada di sisi kiri tubuh Adapun waktunya niat di dalam wudhuعِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ ketika membasuh permulaan salah satu bagian dari wajah Pendapat para ulama yang mendahulukan lafadz غَسْلِ membasuh dari lafadz أَوَّلِ permulaan merupakan pendapat Imam Syarqowi dengan melihat bahwa yang wajib itu adalah membarengkannya niat dengan pekerjaan. Sebaian ulama berpendapat sebaliknya yakni pendapat Imam Baijuri dengan melihat bahwa yang diperhitungkan itu adalah membarengkan niat dengan permulaan bagian yang dibasuh. Baijuri berkata Sebagian dari yang diperhitungkan adalah membarengkan niat pada perkara yang wajib dibasuhnya dari bulu-bulu di wajah walaupun panjang terurai, bukan pada perkara yang sunat dibasuhnya seperti bagian dalam dari janggut tebal. Jika bulu dari wajah dicukur dan telah diniatkan sambil membarengkan membasuhnya, maka tidak wajib niat lagi pada sisa bulu-bulu wajah lainnya atau bagian lainnya dari wajah. Tidak cukup membarengkan niat dengan membasuh apapun sebelum wajah, misalnya membasuh dua telapak tangan, berkumur, membersihkan hidung, kalau tidak terbasuh bagian dari wajah pada saat membasuhnya seperti dua bibir. Tapi kalau ada yang tebasuh, maka sudah cukup, namun tidak punya pahala sunat. Adapun waktu niat pada selain wudhu adalah di awal setiap ibadah kecuali pada puasa. Maka sesunggunya niat dalam puasa itu didahulukan dari puasanya sebab susahnya dalam mengawasi fajar. Menurut qoul shohih, hal itu bukan niat tapi 'azam yang menempati niat. Adapun hukum niat itu secara umum adalah wajib dan yang tidak umum adalah sunat seperti niat memandikan jenazah. Sedangkan praktek niat itu berbeda-beda tergantung apa yang diniatkannya sepeti sholat, puasa dan lainnya. Syarat niat itu adalah Islam, sudah tamyiz, mengetahui apa yang diniatkan, tidak ada yang menafikan niat dan tidak menggantungkan niat. Maka jika mengucapkan insya Allah, lalu dimaksud sebagai ta'liq menggantungkan niat atau diitlaq tanpa ada niat aapa pun, maka tidak sah niatnya. Jika niat tabarruk, maka sah niatnya. Yang dimaksud niat adalah untuk membedakan ibadah dari adat kebiasaan, seperti membedakan antara duduk i'tikaf dengan duduknya ketika sedang istirahat, atau membedakan martabat ibadah, seperti membedakan mandi wajib dengan mandi sunat. Sebagian ulama, telah menadzomkan hukum niat yang 7 dalam 2 bait dari Ibnu Hajar 'Asqolani/At Tata-i dengan bahar شرائط أتت في نية تكفي لمن حوى لها بلا وسن حقيقة حكم محل وزمن كيفية شرط ومقصود حسن Tujuh syarat yang diharuskan pada niat cukuplah bagi yang menghimpunnya tanpa ngantuk hakikat, hukum, tempat dan waktu kaifiat, syarat, maksud harus bagus وَالتَّرْتِيْبُ أَنْ لاَ يُقَدَّمَ عُضْوٌ عَلَى عُضْوٍ Tertib adalah tidak mendahulukan anggota dari anggota yang lain. Yang dimaksud عُضْوٌ adalah setiap jaringan tulang yang melindungi jasad. Hakikat tertib adalah menempatkan segala sesuatu sesuai martabatnya. Al Hishni berkata, kefarduan tertib ini diambil berdasar faidah ayat Al Quran di atas dengan adanya huruf wau yang menunjukkan tertib, sebab jika bukan tertib yang dimaksud, maka hal itu menjadi salah satu bagian dari pekerjaan itu. Begitu juga sabda Nabi توضأ إلا مرتباً. Nabi mengungkapkan مرتباً sesudah kata توضأ, ini menujukkan bahwa sholat tak akan diterima oleh Allah kecuali dengan wudhu seperti sabda Nabi. Demikian, hadits ini adalah riwayat dari Imam Bukhori. Demikian penjelasan dari Kitab Safinatun Najah bab niat. Fasal selanjutnya tentang air. Baca juga tentang ============================ LAGI PROMO Nadzom Alfiyah Terjemah Terjemah Talim Mutaalim Terjemah Safinah Terjemah Riyadush Sholihin Terjemah Bidayatul Hidayah ==========================

safinatun najah bab sholat